Rabu, 26 Desember 2007

Banjir dan Tanah Longsor Terjang Jombang



JOMBANG (SINDO) - Hujan lebat yang mengguyur Kab Jombang sejak Selasa malam menyebabkan banjir dan tanah longsor. Akibatnya, ratusan rumah dan bangunan sekolah terendam air hingga ketinggian 1 meter.

Banjir paling parah terjadi di Desa Kademangan Kec Mojoangung. Banjir yang dipicu meluapnya air Sungai Banteng. Sungai yang terletak ditengah-tengah perkampungan warga ini tak kuat menampung kiriman air dari wilayah selatan Kab Jombang. Akibatnya, seluruh rumah di desa ini terendam banjir hingga beberapa meter.

Kondisi paling parah terjadi di Dusun Pekunden dan Tempel. Di dua dusun ini, air menggenangi rumah warga hingga hampir setinggi atap rumah. Sementara di deretan rumah warga yang berdekatan dengan jalan raya, air menggenangi rumah setinggi 1 meter.

Banjir di Desa Kademangan ini juga menyebabkan dua bangunan Sekolah Dasar (SD) terendam banjir hingga 1 meter lebih. Beruntung, saat banjir datang, kondisi sekolah dalam kondisi kosong.

Tak hanya merusak bangunan rumah dan sekolah, air juga merendam Mapolsek Mojoagung, yang letaknya sekitar 100 meter sebelah barat Sungai Bantengan. Di lokasi itu, air setinggi sekitar 1 meter dan mengakibatkan aktivitas perkantoran di Mapolsek Mojoagung lumpuh.

Banjir yang diperkirakan terjadi sejak pukul 03.00 dini hari itu juga meluber ke Jalan Raya Mojoagung – Jombang. Akibatnya, lalu-lintas kendaraan dari Jombang – Surabaya mengalami gangguan. Kemacetan lalu-lintas hingg sekitar 1 kilo meter, dan kendaraan hanya bisa merangkak saat melalui jalur ini.

Sementara hinhga pukul 12.00 siang kemarin, warga Desa Kademangan masih sibuk untuk mengevakuasi wagra lainnya yang terjebak banjir. Dengan menggunakan perahu daryrat yang terbuat dari ban dan papan itu, warga mengevakuasi orang tua yang tak mampu keluar dari terjangan air yang terus meninggi.

Ratusan warga yang dievakuasi ini berkumpul dipingiran jalan raya, yang dianggap sebagai tempat yang paling aman bagi warga.

Banjir kali ini juga memaksa polisi untuk menutup jalan raya menuju Kec Mojowarno dan dan Ngoro. Sehingga, untuk masuk di dua kecamatan itu, pengendara harus rela berputar melewati Pasar Lama Mojoangung.

Sulastri, warga Dusun Pekunden Desa Kademangan menuturkan, air kiriman itu mulai masuk rumah warga sekitar pukul 03.00. Dalam waktu yang cepat, air sudah setinggi lutut orang dewasa. Beberapa warga yang mengetahui banjir inipun langsung memberitahukan kepada warga lainnya. ’’Airnya cepat sekali datangnya. Tak sampai setengah jam, air sudah setinggi lutut,’’ tutur Sulastri saat berada di tempat evakuasi diwarung-warung pingiran jalan raya.

Dikatakan dia, seluruh harta benda yang ada didalam rumahnya tak bisa diselamatkan. Pasalnya, saat ia akan menganggut beberapa benda elektronik miliknya, air keburu meninggi. ’’baru akan kita bawa keluar, airnya kembali datang hingga setinggi dagu orang dewasa,’’ katanya.

Saat ia dievakuasi sekitar pukul 08.00, air yang menggenangi rumahnya sudah setinggi pintu rumahnya. ’’Dari informasi warga lainnya, air dirumah saya sudah setinggi pintu rumah. Dan kemungkinan ketinggian air terus bertambah. Karena sejak pagi, air terus meninggi,’’ terangnya.

Dikatakan dia, hingga pukul 11.00, belum ada bantuan dari Satuan Koordinasi dan Pelaksana (Satkorlak) Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (PBP) setempat. Ia mengaku sangat membutuhkan bantuan makakan karena seluruh warga tak ada yang sempat memasak hari itu. ’’Sampai jam segini kami belum makan. Dan belum ada bantuan, hanya polisi saja yang ikut mengatur lalu-lintas,’’ keluhnya.

Rifai, salah satu warga mengaku jika banjir yang terjadi kemarin merupakan banjir terbesar sejak tahun 2001 lalu. Menurut dia, tahun lalu banjir di desanya itu hanya setinggi lulut orang dewasa. ’’Tahun 2001 lalu banjir juga hampir sepertin in. Tapi banji kali ini kami anggap terbesar,’’ terang Rifai.

Banjir juga terjadi di tiga desa di Kec Mojowarno. Di Desa Grobokan, Mojojejer dan Catak Gayam itu, air masuk di rumah warga hingga ketinggian diatas lutut. Warga juga tampak sibuk untuk menyelamatkan barang-barang mereka ke pinggir jalan raya. Namun di di daerah ini, air mulai surut saat menjelang siang hari. Namun warga tampak trauma dan takut jika banjir yang lebih besar akan datang lagi.

Tak hanya banjir saja, hujan deras yang turun sejak Selasa malam hingga Rabu siang itu juga mengakibatkan longsor di Jalan Raya perbatasan Desa Carang wulung dan Tanglungan Kec Wonosalam. Namun, longsor di daerah tebing itu tak sampai menggangu jalur transportasi menuju Kab Mojokerton itu. Beberapa saat setelah longsor terjadi, petugas dari Satkorlak PBP Kab Jombang telah melakukan perbaikan jalan dengan mengangkat lumpur yang tumpah di jalan raya.

Hingga kemarin siang, belum ada laporan mengenai jumlah kerugian akibat banjir da tanah longsor itu.

Hingga pukul 15.00, banjir di wilayah Kec Mojoangung tak juga beranjak surut. Bahkan, air terus menggenangi jalan raya Jombang – Suranaya hingga ketinggian air mencapai sekitar 1 meter. Akibatnya sejumlah kendaraan rodan dua dan empat terpaksa menhindari jalur ini.

Untuk menghindari kemacetan panjang, polisi menutup jalur ini dan mengalihkan jalur Jombang – Surabaya melalui jalur alternatif di Jalan Raya Peterongan dan Curah Malang.

Namun, jalur alternatif ini juga memicu kemacetan. Banyaknya kendaraan yang memakai jalur ini membuat kemacetan hingga sepanjang 12 km sampai di Kec Sooko Kab Mojokerto.

Kemacetan panjang ini juga dipicu oleh luapan air dari balik rel kereta api di Jalan Raya Kec Curahmalang. Akibatnya, banjir kembali terjadi di jalan raya ini hingga ketinggian 60 cm. Banjir setinggi itu terjadi hingga jarak 500 meter, sehingga dijalur ini, kendaraan harus ekstra pelan. Sayangnya, jalur alternatif yang juga tergenang air ini lepas dari pantauan polisi. Puluhan kendaraan roda dua dan empat terpaksa berhenti ditengah jalan akibat mesin mati. Beberapa warga sekitar turut membantu evakuasi kendaraan yang mogok itu.(tritus julan)


0 komentar: