Minggu, 18 November 2007

''Melihat Dari Dekat Desa Penghasil Petasan''


Melihat Dari Dekat Desa Penghasil Petasan
Keahlian Merakit Petasan dari Anggota TNI

Sejarah panjang mengukir perjalanan Desa Keras Kec Diwek Kab Jombang hingga menjadi desa penghasil petasan terbesar di kota Santri itu. Ternyata, keahlian merakit petasan didapat dari salah satu warga yang menjadi tentara.

Memasuki Desa Keras, aktivitas warganya tak jauh berbeda dengan warga desa lainnya. Pekerjaan sebagai petani masih mendominasi di desa yang terletak sekitar 4 km dari jantung kota Jombang. Namun, kondisi ini berbalik jika mendekati bulan puasa. Mayoritas warga beralih profesi menjadi perakit petasan. Warga sekan menjadi perakit canggih jenis-jenis petasan, mulai dari kembang api, sreng dor sampai ke jenis yang paling banyak ditemukan, yakni jenis letek.
Telisik punya telisik, ternyata keahlian membuata macam-macam jenis petasan ini diperoleh warga dari seorang tentara angkatan 45. Dari keahlian Nur Arifin, warga mulai kenal dengan barang yang bisa meledak dan mengeluakan suara keras itu. Arifin yang telah meninggal pada tahun 1988 lalu,kini mewarisi ilmunya kepada ratusan warga yang menggantungkan rejeki dari keahlian merakit petasan ini.
Fauzi, salah satu keluarga Arifin menuturkan awal merebaknya bisnis petasan di desanya itu. Diceritakan, ide untuk membuat petasan Arifin bermula dari iseng untuk meramaikan datangnya Idul Fitri. Dengan berbekal keahliannya yang diperoleh saat menjadi tentara, Arifin mecoba membuat petasan dengan jenis yang sederhana. Rupanya, ide Arifin ini banyak digemari warga. Setiap Idul Fitri, warga setempat menginginkan Arifin utnuk menggelar pesta petasan. Hingga agenda rutin menyambut Idul Fitri dengan pesta petasan pun terbentuk.
Warga pun berkeinginan untuk memiliki keahlian serupa dengan Arifin. Dengan niat menularkan ilmunya, Arifin pun berusaha untuk mendidik beberapa warga yang dipercaya untuk membuat petasan. ''Tapi waktu itu Pak Arifin tak sembarangan memilih orang. Mereka disuruh berpuasa dulu dan diberi aturan untuk tidak menggunakan sembarangan keahlian membuat petasan ini,'' kata Fauzi.
Pesan ini rupanya tak banyak diindahkan beberapa orang yang mewarisi ilmu Arifin. Hingga akhirnya, keahlian merakit petasan ini seakan menjadi milik seluruh warga. Niat untuk membalik pesan Arifin juga dilakukan warga dengan menjual keahlian itu. Hingga setelah berjalan beberapa tahun, Keras menjadi desa penghasil petasan terbesar di Jombang.
''Dua tahun sebelum Pak Arifin meninggal, beliau beserta keluarganya sudah berhenti memproduksi petasan. Ini karena kami sadar bahwa bisnis ini dilarang oleh hukum,'' terang Fauzi.
Meski kegiatan Arifin sebagai perakit petasan sudah berhenti dan telah meninggal dunia, rupanya tak malah membuat warga Desa Keras berhenti memproduksi petasan.Bahkan sepeninggal Arifin, warga justru memiliki inovasi terbaru untuk membuat jenis-jenis petasan lainnya yang tak bisa dibuat Arifin. Kini, hampir semua jenis petasan bisa dibuat warga Desa Keras. Mulai jenis ledak hingga kembang api. ''Kini yang dibuat warga jenisnya banyak,'' ucapnya sembari menyebut jika warga menggunakan bahan belerang, potasium dan BR untuk membuat macam-macam jenis petasan.
Fauzi sendiri tak mengetahui banyak darimana warga ini mendapatkan bahan-bahan berbahaya itu. Menurutnya, hanya beberapa warga saja yang tahu dari mana asal barang yang bisa menghasilkan ledakan keras itu. ''Hanya yang memproduksi saja yang tahu.Itupun tak semuanya,'' tambahnya.
Soal tradisi petasan yang jatuh pada H+7 Hari Raya Idul Fitri, Fauzi sendiri mengaku tradisi tersebut adasejak tahun 60-an. Kini, tradisi dengan menggelar ribuan petasan dan disulut bersama-sama itu seakan sulit terpisahkan dari warga. Pesta petasan ini justru banyak dinanti warga desa lainnya. ''Tapi awal-awal pesta petasan dulu sangat teratur. Tak ada petasan yang disulut secara berlebihan,'' tukasnya.
Sementara pasca pesta petasan yang memakan tiga orang luka parah beberapa waktu lalu, suasana di Desa Keras menjadi lain dari biasanya.Pemuda setempat selalu mencurigai setiap orang asing yang masuk di desanya. Tak jarang, warga menanyakan maksud kedatangan orang asing di desanya itu. Ini karena warga tak ingin jika kejadian pesta petasan yang digelar Jumat lalu itu, berdampak hukum bagi warga sendiri.
Petugas kepolisian sendiri ekstra hati-hati untuk masukdesa ini. Konon kabarnya, warga sempat memberontak saat polisi berusaha membabat habis bisnis petasan ini. Hingga, aktivitas warga yang membuat petasan dan dipasok keluar daerah ini tak mampu dibendung aparat kepolisian setempat. (tritus julan)

0 komentar: