Selasa, 20 November 2007

Sosok ADM PG Tjoekir Jombang



Foto : SINDO/TRITUS JULAN
BAPAK PETANI : Dalam kesehariannya, Ilyas tak segan-segan untuk langsung terjun ke lapangan untuk melihat kondisi pabrik dan petani tebu di wilayahnya.

MEREKA YANG MENERIMA PENGHARGAAN BIDANG KATAHANAN PANGAN

Varietas Tebu Diganti, Petani Bisa Kembali Tersenyum


Jabatan sebagai Administratur (ADM) PG Tjoekir tak lantas membuat Ilyas Achmadi jauh dengan petani. Ia malah menjadi sahabat mitra PG itu.

Untuk mengantongi penghargaan bidang ketahanan pangan yang diberikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tak begitu saja didapatkan Ilyas Achmadi. Penerima penghargaan untuk kategori petani pengembang perkebunan ini harus menempuhnya dalam jangka waktu 4 tahun. Penghargaan ini bagi Ilyas, sebelumnya tak pernah terbayang. Bahkan, ia sendiri tak berusaha untuk merebut penghargaan prestisius itu.
Berawal dari niatnya untuk mengembangkan pertanian tebu dan kapasitas giling di perusahaan yang ia pimpin itu, ternyata Ilyas mendapat imbalan yang setimpal dari pemerintah.
Ilyas mengaku, penghargaan yang ia dapatkan ini bermula dari kerja kerasnya saat ia baru memimpin PG Tjoekir tahun 2003 lalu. Saat itu, ia berpikir keras agar petani tebu kembali bergeliat untuk menanam tanaman penghasil gula itu. Otaknya pun ia peras untuk menyatukan dua kepentingan, yakni kepentingan petani dan PG Tjoekir sendiri. ’’Saat awal menjabat, kondisi petani tak begitu berminat untuk menanam tebu. Dan kondisi perusahaan juga mengalami banyak masalah,’’ tutur Ilyas.
Dua masalah itulah yang selalu menggelayut dipikiran Ilyas. Hingga dia memunculkan ide untuk menjawab dua persoalan besar itu. Ia kemudian melakukan kontrak kerja dengan Pusat Penelitian Perkebunan Gulai Indonesia (P3GI) Pasuruan. Dari institusi ini, ia berharap agar masalah ditingkat petani ini bisa terjawab. Karena kondisi saat itu, tebu yang ditanam petani berkualitas sangat rendah. ’’Dari P3GI itu kemudian memunculkan beberapa rekomendasi. Diantaranya, tebu yang ditanam petani harus diganti dengan varietas yang unggul. Maka direkomendasi untuk mengganti bibit tebu dengan hasil penelitian itu,’’ kata pria yang sudah menginjak umur 53 tahun itu.
Dia lantas menjalankan beberapa rekomendasi yang diberikan P3GI untuk menganti varietas tanaman tebu yang selama ini ditanam petani. Tak ingin upayanya itu gagal, Ilyas melakukan uji coba tanam dengan varietas baru di dua lahan yang ia sewa dari petani. ’’Setiap hari kami memantau tebu jenis PS 851, PS 862 dan PS 864 yang menjadi rekomendasi P3GI itu. Setelah kami yakin jika tiga varietas baru ini cocok untuk ditanam di Jombang, maka kami mengumpulkan petani tebu untuk melihat tanaman uji coba kami itu,’’ terang pria yang mengaku sudah 34 than bergelut dengan tanaman tebu ini.
Tak memberikan cek kosong, Ilyas juga memfasilitasi pengadaan bibit tiga jenis tebu unggul itu kepada petani. Dan saat itulah petani mulai mengikuti langkah yang dilakukan Ilyas. ’’Sejak saat itu, hampir semua petani tebu di Jombang sudah mulai menanam jenis tebu yang kami sarankan. Dan hasilnya luar biasa. Selain tanaman tebu yang berbatang besar, rendemen serta hasil gulanya jauh meningkat dari sebelumnya,’’ tuturnya.
Alhasil, dari perubahan varietas tebu yang ditanam petani ini, banyak menimbulkan dampak positif bagi petani. Semula petani yang malas untuk menanam tebu, semuanya memilih untuk menjadi petani tebu dengan pembinaan dari Ilyas itu. ’’Dulunya, petani tebu tak mau mencabut sisa tebang sebelumnya. Mereka memakai kembali sisa tebang untuk menjadikannya bibit. Sejak varietas baru ini ditanam, mereka mau mengganti bibit baru karena hasil panen mereka sangat memuaskan,’’ terang pria yang hidup dilingkungan PG Tjoekir ini.
Pembenahan ditingkatan petani ini ternyata bagi Ilyas tak cukup begitu saja. Ia kembali memikirkan kondisi pabrik yang jauh dari optimal, baik secara kinerja maupun out put. Untuk memecahkan masalah ini, ia kembali mendatangkan ahli untuk merekomendasikan perubahan-perubahan yang vital. ’’Kami mengundang Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) untuk merekomendasikan beberapa hal. Hasilnya menurut mereka, di pabrik kami mengalami beberapa kendala, yakni boros enegri, bolier (ketel) yang perlu dibenahi, stasiun gilingan yang belum optimal dan penambahan turbin Alternator,’’ rincinya.
Dengan berbagai upaya, ia mulai melakukan rekomendasi LPP itu. Dan hasilnya, perubahan drastis ia rasakan. ’’Energi bisa dihemat, kapasitas giling bertambah dan kualitas gula yang kami produksi semakin memabaik,’’ tandas bapak yang mempunyai motto ‘Bersatu Kita Mampu’ itu.
Reformasi petani dan pabrik inilah yang menjadikan Ilyas menjadi ‘bapak’ petani dan PG Tjoekir. Hasil yang dirasakan, penghasilan petni tebu jauh meningkat, ketersediaan bahan baku pabriknya aman, dan rendemen tebu yang menduduki rangking atas dari PG-PG lainnya di Jawa. ’’Tebu petani kami sangat unggul, bahkan rendemen tebu petani hingga mecapai angka 8,44 dan menduduki rendemen tertinggi. Dengan demikian, petani untung, pabrik juga sangat diuntungka,’’ paparnya.
Meski telah mendapatkan penghargaan, tak lantas membuat Ilyas berbangga hati. Ia justru lebih bangga melihat petani tebu yang sudah bias tersenyum lebar saat musim tebang tiba. ’’Menjadi mitra petani adalah hal yang paling penting. Karena tanpa petani, PGtak bias hidaup, dan sebaliknya. Petanilah yang kami anggap sukses, dan kami bangga atas kesuksesan mitra kami itu,’’ pungkasnya (tritus julan)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

:) seorang sosok yang patut menjadi panutan :)