| |||
Senin, 14/01/2008 | |||
JOMBANG(SINDO) – Pantas saja Saifullah Yusuf belum 100% berterus terang tentang pencalonannya di Pilgub Jatim 2008.Dia memang merancang strategi khusus.
Ketua GP Ansor itu tengah mencari skenario terbaik sebelum benarbenar bertarung di Pilgub Jatim. Skenario itu adalah dengan mereka-reka pasangan yang tepat bagi dirinya. ’’Sejauh ini,saya masih dalam proses mendengarkan suara dari masyarakat.Apakah figur saya bisa diterima atau sebaliknya. Upaya ini akan terus kami lakukan,’’ kata Gus Ipul ketika bertamu ke Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, KH Salahuddin Wahid.
Dalam kesempatan itu, Ipul datang bersama Ketua DPP PAN Sutrisno Bachir. Didesak siapa yang akan digandeng dalam pilgub nanti, Ipul tetap belum transparan. Dia mengaku masih melakukan penjajakan terhadap beberapa calon yang disinyalir kuat akan ikut bersaing.
’’Semua bisa berubah, tergantung bagaimana peta para calon lainnya. Saat ini kami juga masih otak-atik gathuk terhadap beberapa calon yang dimungkinkan akan turut bersaing,’’ kilah Komisaris Bank Rakyat Indonesia (BRI) itu.
Menurut dia,posisinya akan bisa berubah sewaktu-waktu menyusul perkembangan tiga calon yang saat ini menguat di publik,di antaranya Soekarwo atau Sutjipto yang diusung PDIP,Bupati Mojokerto Achmady yang diusung PKB, dan Soenarjo yang dipastikan akan diberangkatkan dari Partai Golkar. ’’Sementara saya juga masih menunggu bagaimana posisi tiga calon itu nanti. Karena banyak kemungkinan yang bisa terjadi. Jika dari kader NU,saya ini posisi ke sekian setelah Ali Maschan Moesa dan Khofifah Indar Parawansa,’’ jelasnya.
Kendati begitu, dia berterus terang menginginkan adanya calon lain dari koalisi partai untuk mengusung satu calon lainnya. Dia menyebut jika Pangdam V/ Brawijaya Mayjen TNI Bambang Suranto juga berpeluang untuk merebut posisi cagub atau cawagub nanti. Ipul mengklaim, saat ini para kiai merindukan pemimpin yang berasal dari militer. Menurut dia,akan sangat strategis jika calon dari militer itu digandengkan dengan kelompok Nahdliyin.
’’Semakin banyak latar belakang calon,akan semakin berdampak baik kepada masyarakat.Keterwakilan masyarakat akan semakin tinggi,’’ ungkap dia. Disinggung soal kedekatannya dengan Bambang Suranto akhirakhir ini,dia kembali menampik telah terjadi deal-deal politik. Ipul mengatakan,dia dan Bambang Suranto sama-sama menghitung kekuatan untuk dicalonkan menjadi cagub atau cawagub.
’’Belum ada komitmen apa-apa. Kita berdua sama-sama melihat bagaimana posisi kita di mata masyarakat. Jika memang pak Bambang Suranto serius untuk maju, ini akan menjadi hal yang cukup bagus,’’ katanya sembari mengaku jika telah dua kali tampil di publik bersama Mayjen Bambang Suranto.Pertama di Kediri dan kedua di Lamongan. Mantan menteri Percepatan Daerah Tertinggal (PDT) ini menampik jika nantinya akan melibatkan Ansor untuk memuluskan niatnya itu.
Menurut dia, Ansor secara institusi tak akan ikut dalam dukung mendukung pilgub nanti. Hanya,dia mengaku mendapat banyak respons positif dari beberapa petinggi Ansor di daerah. ’’Ya secara personal saja mereka mendukung. Mereka menawarkan untuk ikut rewang-rewang (membantu),’’ ujar mantan wartawan itu.
Dia menegaskan, pencalonannya dalam pilgub itu dilatarbelakangi dorongan Sutrisno Bachir.Menurutnya, Sutrisno-lah yang memastikan jika nanti dirinya akan diusung PAN dan akan menggandeng partai lainnya. ’’Kalau PAN sendiri memang belum mampu mengusung sendirian.Kemungkinannya,PAN akan menggandeng PPP atau Partai Demokrat,’’ pungkasnya.
Sementara Sutrisno Bachir di hadapan ratusan santri Ponpes Tebuireng dan peserta dialog refleksi ekonomi di ponpes itu kembali menyampaikan dukungannya terhadap pencalonan Ipul.Menurut dia, sudah saatnya Jatim dipimpin putra daerah,lebih khususnya dari kalangan muda seperti Gus Ipul. Apalagi menurut dia,secara kultur, Gus Ipul didukung banyak kalangan.’’ Memang saya yang mendorong Gus Ipul untuk maju. Saya anggap dialah yang pantas untuk memim- pin Jawa Timur,’’ ungkap SB.
Narjo Konsolidasi
Kekalahan kader Golkar dalam merebut posisi kepala daerah di sejumlah pilkada dinilai tidak akan merembet ke Jatim. Ketua DPD Golkar Jatim Soenarjo menuding, kekalahan Partai Beringin, seperti di Kota Batu dan Bojonegoro, lebih karena faktor kecurangan.
“Dari kekalahan kader kita (Golkar) dalam pilkada di beberapa daerah, tidak akan memengaruhi Pilgub Jatim 2008.Kita tahu, dalam pilkada di beberapa daerah ada kecurangan tapi itu sulit dibuktikan,” ujar Soenarjo saat sosialisasi Undang-Undang Politik di gedung Indoor Tenis GOR Delta Sidoarjo,kemarin. Narjo menegaskan,saat ini Golkar sangat siap untuk bertarung dalam Pilgub Jatim.
Kendati begitu, Wagub Jatim ini juga kembali menegaskan bahwa siapa yang akan mendampinginya sebagai cawagub belum jelas. “Kita tunggu Februari nanti, akan kita umumnya siapa cawagub dari Golkar,”tegasnya. Sambil menunggu,yang dilakukan Golkar adalah konsolidasi di beberapa daerah.
Ketua DPD Golkar Sidoarjo Unggul Prabawa mengatakan bahwa saat pilgub, suara Soenarjo di Sidoarjo bisa mencapai 60%. “Kita sudah merapatkan barisan untuk memenangkan Pak Soenarjo.Target DPD Golkar Sidoarjo, bisa meraih suara 60% di kota udang ini. Terlebih Pak Narjo, juga seorang birokrat yang cukup dikenal di masyarakat,” tegas Unggul Prabawa.
Dinamika Politik NU
Fenomena kontrak jam’iyah dianggap sebagai bentuk dinamika politik NU menjadi sangat variatif. Ini karena ada tarik menarik antara dua kubu,yakni mereka yang ingin NU berjaya di politik dan mereka yang ingin NU tetap netral tanpa masuk ke ranah politik praktis. Itu diungkapkan pakar politik Universitas Airlangga (Unair) Krisnugroho.
Dia mengatakan, langkah Ketua PBNU KH Hasyim Muzadi mengumpulkan cabangcabang untuk membahas pencalonan Ali Maschan sudah membuktikan itu. Pengumpulan cabang merupakan bentuk pergeseran politik yang ada di tubuh NU. “NU tampaknya telah bergeser dari muktamar 1984 bahwa mereka tak akan masuk ke politik praktis. Apa yang dilakukan Hasyim Muzadi menunjukkan ada dinamika politik baru dalam tubuh NU.
Dinamika politik ini lebih pragmatis dan ingin menempatkan NU sebagai kekuatan politik atas,” kata Krisnugroho kemarin. Bagaimana dengan kontrak jam’- iyah? Menurutnya itu adalah upaya sejumlah kiai yang ingin NU tetap netral dalam kancah politik. Sedangkan di sisi lain ada bias kekuatan dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).Belum pastinya calon PKB, dalam hal ini Achmady, bisa berpengaruh besar pada NU sendiri.
Menyangkut posisi Ali Maschan Moesa,menurutnya, tergantung organisasi NU sendiri. Jika Ali Maschan menerjunkan diri ke Pilgub 2008,makadiaharusmenanggalkan jabatan di NU, atau minimal statusnya nonaktif sebagai ketua PWNU. Dengan begitu maka NU tidak akan dijadikan kendaraan belaka.
“Kontrak jam’iyah sebenarnya tak membuat Ali Maschan tertutup kemungkinan ke pilgub.Kalau pun dia akan maju,ya jangan menjadikan NU sebagai kendaraan. Tapi semuanya tergantung mekanisme di dalam organisasi NU sendiri,” tandas Krisnugroho.
Sementara itu,Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Partai Golkar (PG) Jatim membidik Mahmud Ali Zein sebagai calon wakil gubernur (cawagub) alternatif yang mendampingi calon gubernur (cagub) resmi Soenarjo di Pilgub 2008 mendatang. Langkah tersebut ditempuh sebagai antisipasi seandainya Partai Golkar gagal menggandeng Ketua PWNU Jatim Ali Maschan Moesa.
Pernyataan ini dikemukakan Sekretaris DPD PG Jatim Moechtar kepada wartawan di Kantor DPD Partai Golkar Jatim, Jalan A Yani Surabaya,kemarin. Alasan lain yang mendorong PG mendekati politisi asal Ponpes Sidogiri, Pasuruan,itu karena ada desakan dari sejumlah DPC PG di wilayah Tapal Kuda agar PG menyiapkan calon alternatif.
“Mereka mendesak supaya Pak Mahmud Ali Zein dimasukkan sebagai cawagub alternatif yang akan mendampingi Pak Narjo (Soenarjo).Tapi bukan berarti kita menyetujui begitu saja desakan itu. Sampai saat ini prioritas utama tetap Ali Maschan,”katanya. (tritus julan)
0 komentar:
Posting Komentar