Senin, 28 Juli 2008

Pernah Coba Bunuh Orangtua


JOMBANG (SINDO) – Keinginan Ryan membunuh sudah muncul sejak dia duduk di bangku SMA.Bahkan,dia pernah hendak membunuh ibunya sendiri.

Perilaku menyimpang Ryan remaja itu terungkap setelah Polres Jombang memeriksa orangtua Ryan,Akhmad Sadikun, 62, dan Siatun, 58.Dalam pemeriksaan yang berlangsungmulaipukul11.00 WIBitu, polisi fokus pada barang bukti sepeda motor Suzuki Thunder nopol W 5454 GR yang ditemukan di rumah Ryan.

Keduanya diperiksa untuk menyelidiki hubungan antara Ryan dan Muhammad Aksoni,karyawan PT Tjiwi Kimia yang dilaporkan hilang. Hingga pukul 16.00 WIB kemarin, penyidikan terhadap Akhmad Sadikun masih belum tuntas.Sementara Siatun menunggu pemeriksaan suaminya di depan ruangan penyidikan.

Di tengah menunggu itu, Siatun menceritakan kondisi putranya sebelum ditetapkan sebagai tersangka kasus pembunuhan mutilasi dan berantai itu. Menurut dia, saat menginjak kelas III di SMP Negeri Tembelang,Ryan pernah menderita stres hingga terpaksa dirawat di Rumah Sakit Gatoel Kabupaten Mojokerto.

”Selama dua minggu dia dirawat di sana,”tutur Siatun. Usai dirawat, psikolgis Ryan mulai berubah. Ryan mulai jadi pendiam, namun emosinya gampang tersulut. Bahkan menurut dia, tak sekali dua kali dia diancam akan dibunuh Ryan. ”Saya pernah dikejar-kejar Ryan sambil membawa pisau.Saya langsung lari,”katanya.

Dia mengaku tidak tahu pasti penyebab stres anaknya itu.Ia menduga bahwa putranya mendapat tekanan-tekanan dari pihak luar,yang ia sendiri tak bisa menyebut. Dia membantah, tekanan itu berasal dari keluarganya, seperti yang banyak diisukan para tetangga. ”Itu salah,bukan keluarga yang memberi tekanan. Justru keluarga takut dengan Ryan,”bantahnya.

Perilaku kewanitaan Ryan sendiri mulai muncul saat menginjak bangku SMA. Dia sempat mencicipi pendidikan di SMA Avicena Jombang. Sejak itulah Ryan mulai berperilaku layaknya gadis muda. Ryan suka mengenakan rok dan suka merias wajahnya.” Dia juga mulai suka menari dan berjoget sendiri di kamarnya,”katanya.

Terkait rentetan pembunuhan yang dilakukan anaknya di rumahnya sendiri, ia mengaku sama sekali tak mengetahuinya. Bahkan,dia juga mengaku tidak mengetahui beberapa teman laki-laki Ryan,yang diduga telah menjadi korban pembunuhan. Menurut dia, Ryan hanya sering terlihat bermain dengan anak laki-laki yang menjadi murid mengajinya.

”Saya tak tahu kalau di belakang rumah kami itu ada empat mayat,” ujarnya. Menurut dia, ketidaktahuannya karena dia lebih banyak berada di Surabaya, sebagai tukang kredit pakaian keliling. Sebelum dilakukan penyidikan, Akhmad Sadikun sempat mengaku gelisah dengan kasus yang menimpa anaknya itu.

Dia khawatir akan disisihkan warga. Selain itu, ia juga mengaku akan menjual rumah yang menjadi kuburan massal anaknya itu. ”Kalau sudah tahu begini,saya jelas nggak berani tidur di rumah,” kata Akhmad. Ia membantah jika dituding mengetahui proses penguburan empat korban Ryan di rumahnya, apalagi terlibat di dalamnya.

Dia mengaku,dia memang jarang di rumah untuk dan mengikuti bisnis istrinya. Ia menduga, kondisi ini justru digunakan Ryan untuk berbuat ‘bebas’ di rumahnya. ”Kalau saya tahu sebelumnya, pasti saya nggak akan mau tidur di rumah ini.Sama sekali saya nggak tahu menahu soal ini,”katanya.

Sementara di rumah Ryan di Dusun Maijo, Desa Jatiwates, Kecamatan Tembelang, Jombang, kemarin kembali dibanjiri massa dari luar Kota Jombang.Warga memanfaatkan hari libur kerja dan sekolah itu untuk melihat langsung lokasi penguburan empat korban Ryan. Membeludaknya warga itu, menyebabkan sejumlah police line dan pagar bambu yang dipasang polisi rusak.

Warga nekat menerobos pagar bambu yang dibuat dua hari lalu itu.Akibat rusaknya pagar pembatas ini,sejumlah aparat desa dan polisi terpaksa membuat pagar bambu yang dipasang berdekatan dengan dua kubangan kuburan korban Ryan.

Sementara sebelumnya, Kasat Reskrim Polres Jombang AKP Kasyanto menegaskan, untuk sementara, pihaknya ingin mengetahui lebih lanjut keterlibatan Akhmad dengan barang bukti sepeda motor milik Muhammad Aksoni.Dari sinilah akan diketahui hubungan antara hilangnya Muhammad Aksoni 21 November 2007 silam dengan pelaku pembunuhan berantai itu.

”Masih banyak informasi terkait runutan motor Aksoni sampai bisa di tangan Akhmad. Ini dulu yang kami selidiki,” terang Kasyanto. Dia menambahkan, dari penyelidikan awal, motor milik Aksoni tersebut didapat Akhmad dari Ryan, di salah satu bengkel motor di Denanyar, Kecamatan Jombang.

Namun,menurut pengakuan Akhmad, ia mengaku motor karyawan PT Tjiwi Kimia itu didapat dari salah satu tempat parkir di Desa Sentul,Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang. ”Ini yang masih janggal. Padahal, keterangan dari Akhmad merupakan kunci benang merahnya,”kata dia.

Ia menduga Akhmad terlibat dalam pengambilan motor korban yang baru dibeli sekitar dua hari sebelum Aksoni meninggal.Kecurigaan ini menguat karena Akhmad selalu berbelit dalam memberikan keterangan pada polisi.Namun, polisi akan terus menyidik Akhmad, hingga titik temu antara motor, Muhammad Aksoni, dan Ryan jelas.

”Untuk memperjelas benang merahnya, hari ini (kemarin), kami menghadirkan petugas dari Polsek Tarik Kecamatan Sidoarjo yang sebelumnya pernah dilapori hilangnya Muhammad Aksoni dan motornya,”ujarnya. (tritus julan)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/jawa-timur/pernah-coba-bunuh-orangtua-3.html

0 komentar: