Senin, 19 November 2007

Tak Ada Bendera Merah Putih Menancap

Foto : SINDO/TRITUS JULAN

TANPA MERAH PUTIH : Di lokasi monumen Soetomo ini tak nampak ada atribut merah putih.


Dari Tanah Kelahiran dr Soetomo
Tak Ada Bendera Merah Putih Menancap



Meriahnya perayaan HUT RI ke 62 sepertinya tak begitu dinikmati di tanah kelahiran dr Soetomo di Desa Ngepeh Kec Loh Ceret Kab Nganjuk



Tak banyak yang tahu, jika pada tanggal 30 Juli 1888 silam, di Desa Ngepeh telah lahir pahlawan nasional yang bernama dr Soetomo. Di desa inilah tempat Soetomo kecil bermain, dan kini telah dibangun sebuah monumen untuk mengenang Soetomo.
Meski segenap keturunan pendiri Boedi Oetomo itu tak ada yang tersisa di Desa Ngepeh, namun monumen dokter kulit yang juga menjadi politikus di jaman penjajahan ini berdiri cukup megah.
Di tempat bersejarah ini, memang tak banyak dikunjungi wisatawan. Saat SINDO mengunjungi lokasi ini, hanya beberapa saja pasangan muda-mudi yang memanfaatkan pendopo monumen untuk sekedar melepas lelah, bukan menikmati indahnya sejarah lokasi tersebut.
Sayangnya, dalam peringatan hari kemerdekaan RI tahun ini, di area monumen tak terpasang satupun atribut merah putih, warna yang identik dengan bendera bangsa ini. Atau hanya sekedar untuk menghornmati jasa-jasa Soetomo sebagai pahlawan nasional di bulan kemerdekaan saat ini.
Suasana janggal kembali terasa saat lokasi monumen yang tergolong luas dan dibangun tahun 1985 lalu ini tampak tak terurus. Terbukti, di halaman disekitar patung dr Soetomo berdiri, banyak dedaunan dan rumput liar yang mengelilingi.
Terlebih saat memasuki ruangan tempat penyimpanan benda-benda bersejarah yang dimiliki Soetomo, juga tampak berserakan yang sepertinya lama tak terurus. Padahal, diruangan yang berukuran sekitar 4 X 6 meter ini, banyak ditemukan dokumen-dokumen penting saat nama Soetomo berkibar pada jaman penjajahan dulu. Termasuk foto-foto bersejarah Soetomo saat mendeklarasikan Boedi Oetomo, salah satu organisasi pemuda pada jaman penjajah yang pernah dikomandani Soetomo.
Tak nampak juga petugas dari instansi terkait yang bertanggung jawab melestarikan tempat pahlawan yang meninggal pada tanggal 30 Mei 1908 itu. Hanya saja, Pemkab Nganjuk mempercayakan perawatan lokasi monumen ini kepada Kustiono, salah satu warga setempat yang rumahnya berjarak beberapa puluh meter saja dari lokasi monumen.
’’Saya memang didapuk menjadi tukang kebun sekaligus juru kunci di monumen ini,’’ ujar Kustiono yang mengaku telah 10 tahun mengabdi di lokasi yang dulunya adalah rumah mendiang Soetomo, sekaligus tempat ari-ari Soetomo ditanam.
Banyak memang informasi yang didapat dari Kustiono, dan memang laki-laki ini cukup memahami sejarah Soetomo, meskipun kita bisa secara singkat mengetahui sejarah tersebut dari tulisan tangan yang dipampang didinding ruangan.
Dalam ruangan benda-benda milik Soetomo tersebut, dipajang beberapa alat kesehatan yang pada saat itu dipakai Soetomo untuk menjalani profesinya sebagai dokter.
Sebuah bed pasien yang terlihat masih kekar lengkap dengan infuse yang masih bertengger di tiangnya. Gunting dan alat-alat potong lainnya juga tampak masih kokoh dan terawat. ’’Alat-alat ini selalu saya bersihkan mas,’’ tutur pria yang mengaku direkrut Dinas Pariwisata Kab Nganjuk sebagai honorer tersebut.
Tak adakah peringatan khusus di monumen Soetomo untuk mengenang perjuangannya di momen kemerdekaan ini? (tritus julan)

0 komentar: