FOTO : SINDO/TRITUS JULAN
TANGGUH : Sugeng yang dengan telaten memberikan arahan kepada teman-teman cacatnya untuk membuat pot bunga.
POTRET PENYANDANG CACAT TANGGUH
Berbagi Keahlian Membuat Pot Bunga dengan Teman Senasib
Kondisi fisik yang tak sempurna, tak lantas membuat para penyandang cacat ini patah arang. Justru, kekuatan mereka untuk bertahan melebihi manusia normal.
Sejak pagi, Sugeng tampak mondar-mandir dari halaman rumahnya. Beberapa peralatan tampak ia siapkan. Dari mulai peralatan pertukangan, hingga bahan-bahan membuat pot telah ia kumpulkan. Rupanya, pria penyandang cacat asal Jalan Mahameru Jombang ini sibuk menyiapkan pelatihan membuat pot untuk teman-teman yang senasib dengan dirinya.
Tak lama berselang, para penyandang cacat lainnya tampak mulai berdatangan . Mulai dari yang menggunakan bantuan tongkat untuk berjalan, atau juga yang menggunakan kursi roda sebagai sandaran aktivitasnya. Para penyandang cacat yang mengikatkan diri dalam Kelompok Penyandang Cacat (Kompac)
Pria yang dalam kesehariannya menggunakan sepeda roda tiga yang dkayuh itu mulai mengumpulkan sekitar 20 temannya untuk berkumpul dalam satu lokasi. Dengan sabar, ia mulai menerangkan bagaimana membuat pot yang bisa dijadikan mata pencaharian bagi penyandang cacat itu. Sesekali, pria berusia 43 tahun itu menyeka dahinya dari butiran keringat saat terlihat kelelahan mempraktekkan keahlian yang sejak lama ia tekuni itu.
Tanpa kenal lelah, Sugeng menghampiri kawan-kawannya satu persatu. Tidak jarang ia harus memberikan penjelasan ketika ada kawannya yang belum mengerti terkait campuran bahan untuk membuat cetakan pot bunga tersebut. ’’Jangan terlalu encer membuat adonannya. Biar hasilnya tak gampang pecah,’’ ungkap Sugeng menggurui.
Upaya Sugeng untuk memberikan ketrampilan kepada teman-temannya ini bukan tanpa maksud. Ia berpedoman, jika penyandang cacat harus memiliki kelebihan dari kekurangan fisiknya itu. Dan juga, kepedulian itu muncul saat melihat kondisi ekonomi teman-temannya yang masih memprihatinkan.
’’Mereka harus punya ketrampilan yang bisa membuahkan hasil. Karena dengan kondisi fisik yang tak sempurna, mereka akan kesulitan bekerja di tempat lain,’’ kata Sugeng.
Ia berharap, dari ketrampilan yang ia berikan itu, bisa digunakan teman-temannya untuk menopang kebutuhan ekonomi mereka. Karena menurutnya, hanya dengan upaya mereka sendirilah, perubahan nasib itu bisa terjadi. ’’Kalau bukan kita sendiri yang merubah nasib ini, lantas siapa yang mau peduli. Pelatihan ini saja, kami sendiri yang menggagas, tanpa ada bantuan dari pemerintah,’’ tegas pria yang menyandang cacat sejak lahir itu.
Kendati demikian, masalah juga masih muncul saat para penyandang cacat ini mampu memproduksi pot bunga itu. Menurutnya, promosi atas barang buatannya itu kerap kali mengalami kendala. Sehingga, selama ini ia hanya mengandalkan pesanan dari pelanggan. ’’Otomatis, pemasaran kami tak bisa berjalan cepat. Karena memang semuanya kami tangani sendiri tanpa bantuan pemerintah,’’ ungkap Sugeng yang juga Ketua Kompac itu. (tritus julan)
0 komentar:
Posting Komentar