Minggu, 10 Februari 2008

SBY Baca SINDO Rek!!!!



BACA SINDO, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membaca koran Seputar Indonesia (SINDO) saat mencanangkan Gerakan Membaca Koran pada puncak peringatan Hari Pers Nasional 2008 di Lapangan Trilomba Juang, Semarang, kemarin. Kegiatan tersebut diikuti lebih dari 10.000 pelajar SMA di Kota Semarang.

SEMARANG (SINDO) – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mencanangkan Gerakan Gemar Membaca Koran secara nasional,bertepatan dengan puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2008,kemarin.

Pencanangan gerakan membaca ini diikuti sekitar 10.000 siswa di Stadion Trilomba Juang Semarang. Dalam acara ini, Presiden sempat membaca beberapa judul berita di harian Seputar Indonesia(SINDO).”Ini berita yang disukai wartawan,”Pemerintah Tak Berencana Revisi UU Pers,”ujar Presiden membaca judul berita di halaman 1 SINDO Edisi Jateng dan DIY tentang pelaksanaan HPN.

”Sevilla vs Barcelona,Kejar Madrid,” ujarnya lagi membaca headline halaman olahraga SINDO yang disambut tepuk tangan meriah peserta. Dalam peringatan HPN 2008, Presiden SBY meminta pers nasional mengembangkan prinsip sensor diri (self sensoring).Sensor itu dibutuhkan agar pers bisa mengontrol dirinya dalam masalah pemberitaan yang layak dimuat atau tidak. Sebab, kata Presiden, pemerintah tidak akan pernah lagi melakukan kontrol terhadap pers.

”Saya adalah orang yang percaya bahwa akan lebih bagus jika pers mengontrol dirinya sendiri. Era pembredelan atau hukuman kepada jurnalis tanpa melalui pengadilan sudah tidak boleh terjadi lagi.Namun, harus ada ukuran kepatutan oleh pers itu sendiri,” ujarnya saat pidato peringatan HPN 2008 di Grhadika Bhakti Praja,Semarang, kemarin.

Dalam kesempatan tersebut, Presiden SBY didampingi Mendagri Mardiyanto, Seskab Sudi Silalahi,Menkominfo Muhammad Nuh,Jubir Kepresidenan Andi Mallarangeng, Menhub Jusman Syafii Djamal,Gubernur Jateng Ali Mufiz, dan sejumlah tokoh pers nasional. Kebebasan pers,menurut Presiden, bukan sesuatu yang absurd karena ada rambu dan pagar yang bisa dijadikan ukuran. Pers harus mampu menyeleksi sendiri,mana berita yang layak atau tidak.

”Saya menaruh harapan pada Dewan Pers, wartawan senior, dan pimpinan organisasi kewartawanan untuk mendorong prinsip tersebut, dengan mempertimbangkan mana berita yang patut dan yang tidak,”ujarnya. Presiden menegaskan,bahasa menunjukkan kualitas suatu bangsa. Oleh karena itu,pers nasional diharapkan menggunakan bahasa yang dapat membangun karakter bangsa.

”Media memang harus menggunakan bahasa yang baik, menarik, dan tajam. Sebab jika tidak, dia tidak akan diterima masyarakat.Namun, jangan gunakan bahasa yang kasar dan mencaci maki,karena bisa merusak jiwa, apalagi anak-anak kita,”tegas SBY. Presiden juga mengajak pers melakukan refleksi sejauh mana telah memberikan sumbangan terhadap perkembangan demokrasi di Indonesia serta pembangunan karakter bangsa. Pers diminta terus menjaga idealismenya dalam membangun bangsa dan negara,serta tidak boleh luntur hanya karena persaingan bisnis dan kepentingan partisan.

”Masyarakat selain ingin mendapatkan informasi yang benar,tepat,dan objektif, juga ingin mendapatkan berita yang berkualitas, berimbang serta dapat membawa kebaikan kepada masyarakat,”katanya.

Kesejahteraan Karyawan

Dalam sambutannya,Presiden SBY juga meminta para pemilik dan pengelola media massa meningkatkan kesejahteraan karyawannya. Sebab, merekalah yang menjadi pahlawan di belakang layar. ”Saya titip kepada para pengelola media massa untuk memberikan pelatihan dan pendidikan,terutama kepada para jurnalis muda.Hal ini diperlukan supaya ke depan, profesionalisme jurnalis di Indonesia bisa menjadi lebih baik,”kata SBY. Sementara itu,Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Tarman Azzam mengungkapkan,tahun 2008 bertepatan dengan satu abad Kebangkitan Nasional. Oleh karena itu, peringatan HPN tahun ini harus dijadikan momentum penting kebangkitan kembali Indonesia dari keterpurukan.

”Peran pers sangat penting untuk melancarkan jalan menuju ke arah kebangkitan itu. Karena itu, profesionalisme pers harus terus terpelihara,”katanya. Pers nasional, menurutnya, ikut bertanggung jawab menyongsong Visi Pembangunan Indonesia 2030.Pers diharapkan bisa mem-berikan grand design masa depan Indonesia sebagai bangsa yang maju dan unggul.

Tarman memaparkan, tahun ini PWI memberikan Lifetime Award kepada lima tokoh yang mengabdikan seluruh hidupnya di bidang pers. Mereka adalah Jacob Oetama, Jafar M Assegaf,Sabam Siagian, almarhum Atang Ruswita, dan RH Siregar.Penghargaan serupa tahun lalu diberikan PWI kepada wartawan senior Rosihan Anwar dan BM Diah.

0 komentar: