MOJOKERTO (SINDO) – Setelah selama empat hari disandera rumah sakit RSUD RA Basuni, bayi Suryani Tambunan akhirnya dibebaskan kemarin.
Sekitar pukul 11.00, Muhammad Samsoleh, bayi malang yang baru berumur seminggu itu baru bisa keluar dari rumah sakit beserta ibunya. ’Pembebasan’ ibu dan anak ini bukan dilakukan rumah sakit, melainkan berkat uluran tangan donatur yang tak mau disebut namanya. Berita adanya donatur yang membiayai itu kontan saja membuat pasangan Sunardi dan Suryani terharu. Apalagi, pasangan ini sudah pasrah dengan ancaman yang pernah dilontarkan salah satu tenaga medis di rumah sakit umum itu.
Direktur RSUD RA Basuni Kecamatan Gedeg, Sudjatmiko mengaku, pembebasan pasiennya itu memang berkat salah satu donatur. Menurut dia, pihaknya telah mendapatkan kabar jika donatur yang menyembunyikan namanya tersebut langsung memberikan biaya pengobatan kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mojokerto. ’’Staf saya langsung disuruh mengirimkan kuitansi ke Dinkes dan langsung dibayar donatur itu,’’ etrang Sudjatmiko saat ditemui di rumah sakit.
Dia menyebut, dari angka yang ditagihkan sebesar Rp2.536.650, sebelumnya telah mendapat keringanan dari rumah sakit. Menurutnya, sejumlah ongkos jasa dokter dan para medis untuk operasi kelahiran Muhammad Samsoleh telah digratiskan. ’’Sudah kita korting. Jika pembayaran normal, angkanya tidak sebesar itu,’’ terangnya tanpa menyebut biaya normal yang dibebankan.
Kendati demikian, ia membantah jika pihaknya telah menyandera pasien ibu dan anak itu selama empat hari. Menurut dia, sebelumnya pihaknya telah menawarkan kepada pasiennya untuk tetap bisa pulang kemarin. Dengan syarat, pasien ini mau menandatangani surat pernyataan kesanggupan membayar biaya operasi dan perawatan. ’’Sebelum mereka menandatangani pernyataan itu, ada donatur yang menanggung semua biayanya. Dan kami bukan menyandera,’’ kilahnya.
Ia tetap ngotot jika pihak rumah sakit tak bisa memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada pasangan rumah tangga sangat miskin (RTSM) itu. Alasannya, nama pasangan ini tak masuk dalam SK Bupati Mojokerto No 188.45/2246/HK/416012/2007 tentang penerima askeskin. ’’Saat pasien ini masuk, terdaftar sebagai pasien umum. Baru setelah operasi dilakukan, pasien tersebut mengurus surat keterangan tidak mampu. Dan kami tetap menjalankan amanah SK Bupati itu,’’ tegasnya.
Terhadap ancaman akan mempolisikan pasien yang tak mampu membayar biaya operasi dan perawatan itu, ia kembali mengelak. Dia berdalih, justru temperamen Sunardi yang tinggi. Sehingga membuat anak buahnya sempat jengkel. ’’Kami tidak mengancam seperti itu, Alasan itu hanya dibuat-buat oleh pasien,’’ elaknya.
Sementara kedatangan bayi mungil dan dua orang tuanya itu disambut haru oleh para tetanganya di Desa Ngares Kecamatan Gedeg. Beberapa tetangga sempat mengelu-elukan pasangan ini lantaran keberuntungannya bisa keluar dari rumah sakit tanpa mengeluarkan biaya.
Tiba dirumah yang berukuran sedang itu, pasangan ini langsung sujud syukur dan memboyong putra barunya kedalam kamar berukuran sempit. Disitu, Suryani tampak lega dan langsung menidurkan putra ketiganya itu sambil langsung meneteki bayinya.
’’Saya tak tahu harus bilang apa. Saya berterima kasih banyak kepada orang yang sudah membiayai semua ongkos rumah sakit,’’ kata Suryani lirih, karena memang kondisi kesehatannya belum sembuh total akibat operasi caesar yang dijalaninya.
Ia bisa tersenyum lebar saat beberapa petugas dari Kantor Kesejahteraan Sosial (Kankessos) Kabupaten Mojokerto mandatangi rumahnya. Apalagi, Kankessos membawa bantuan berupa peralatan dapur, perlengkapan bayi bayi dan seragam sekolah serta beberapa pakaian lainnya. ’’Kami benar-benar trenyuh, ternyata banyak orang yang perhatian dengan nasib kami,’’ syukur Suryani.
Ucapan syukur itu juga keluar dari mulut Sunardi. Pria yang telah bertahun-tahun tak memiliki pekerjaan tetap ini mengaku bantuan tersebut sebagai mukjizat. ’’Mungkin ini rejeki bayi saya,’’ ungkap Sunardi, yang memang hidup serba keterbatasan, dan bahkan salah satu anaknya drop out dari salah satu SMP lantaran tak ada biaya.
Dua Kali RS Basuni Sandera Pasien
Ternyata, tak hanya bayi gakin Suryani saja yang pernah disandera rumah sakit. Sebelumnya, ada pula pasein gakin yang tak bisa keluar dari rumah sakit lantaran kesulitan biaya. ’’Paseinnya bernama Sumiati, warga Desa Gunungan Kecamatan Dawarnblandong, Kabupaten Mojokerto. Dia menderita penyakit kanker rahim,’’ terang Kepala Kankessos Kabupaten Mojokerto, Yudha Eko Setyo Hadi.
Karena pasien tersebut merupakan sasaran Program Keluarga Harapan, terpaksa pihaknya menebus biaya perawatan pasien sebesar Rp3 juta. ’’Barulah pasien ini bisa keluar dari rumah sakit,’’ tegas Yudha.
Ia menilai, banyaknya keluarga miskin (gakin) yang tak terdaftar dalam askeskin lantaran lemahnya data gakin dalam SK Bupati Mojokerto No 188.45/2246/HK/416012/2007 yang disajikan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). Menurutnya, data gakin dari BPS tahun 2005, begitu saja di-SK-kan tanpa ada verifikasi ulang. ’’Dulu pernah saaya ajukan untuk verifikasi ulang. Tapi usulan kami itu dimentahkan,’’ tegasnya.
Akibatnya lanjut dia, banyak gakin dan bahkan RTSM yang tak bisa menikmati pelayanan kesehatan gratis itu. ’’Saya juga mengajukan agar RTSM yang masuk dalam sasaran PKH, bisa diakomodasi dalam askeskin. Lagi-lagi, usulan kami itu ditolak,’’ tukasnya.
Ia menyebut, masalah yang menimpa Suryani ini bakalan muncuat kembali gara-gara data penerima askeskin yang tak valid. Dia menyebut, dari sasaran PKH di 10 kecamatan saja yang mencapai 11.509 RTSM, hanya 31 persen yang tercatat dalam askeskin. ’’Padahal sasaran PKH itu adalah keluarga yang sangat miskin. Dan masalah ini rawan terjadi lagi,’’ cetusnya.
Padahal terang dia lagi, seharusnya semua sasaran PKH menikmati layanan askeskin. Hal ini mengacu pada pedoman umum (pedum) PKH yang menyebut jika semua anggota PKH harus menerima pelayanan kesehatan gratis. ’’Tapi usulan kami itu lagi-lagi tak digubris Bappeda,’’ pungkasnya. (tritus julan)
0 komentar:
Posting Komentar