Kamis, 03 September 2009

Hey, Pakaian Dalammu Ketinggalan!!


Dua hari menjelang datangnya bulan ramadhan, petugas yang mengaku sebagai penertib (baca : Satpol PP) mulai bergerak menyisir penyakit masyarakat (pekat). Giat rutin ini, oleh beberapa penikmat pekat, tak banyak disadari. Momen melepaskan syahwat terlarang sebelum bulan ”larangan” itu benar-benar dimanfaatkan. Alasan injury time, penikmat pekat itu asyik masyuk di hotel kelas melati, sampai yang ”agak” berbintang di Kota Mojokerto.
Sisiran awal, petugas terjun ke semak-semak di bawah jembatan. Di tempat syahwat kelas bawah itu, petugas sama sekali tak mendapati para penikmat pekat kategori ”nikmat” ini. Sisiran selanjutnya, sejumlah warung remang-remang yang juga tak mendapati hasil. Bergerak ke sana kemari—temasuk tempat kost yang diduga mesum juga—lagi-lagi petugas hanya membawa tangan kosong.
Jengah tak mendapati mangsa, petugas lantas mencoba masuk ke salah satu hotel kelas lumayan. Seperti dikira sejumlah kuli tinta, di hotel yang berdekatan dengan terminal itu, tak satupun penikmat syahwat yang ketangkap. Meski beberapa berpenghuni, petugas hotel beralasan para tamu itu sedang pelesir keluar kamar. Aneh juga pemandangan ini.
Bergerak lagi ke salah satu hotel kelas melati yang konon kerap menjadi jujugan para penikmat syahwat kelas bawah. Kecewa lagi. Petugas hanya mendapati satu pasangan yang ternyata tak semesum yang dibayangkan. Berbekal surat nikah, pasangan resmi ini bisa lolos dari jeratan petugas. Masih aman sampai di sini.
Kembali bergerak menuju hotel kelas lumayan yang masih satu pemilik dengan hotel kelas lumayan dekat terminal itu. Entah kenapa feeling tempat ini bersih atau dibersihkan kembali terbukti. Tak satupun penikmat syahwat yang diringkus. ”Tak ada tamu yang tanpa surat nikah. Semua aman,” kata salah satu petugas hotel yang berada di jalan utama kota itu.
Tak jauh dari hotel kelas lumayan itu, puluhan petugas tampak mulai sibuk mengeler beberapa pasangan tanpa nikah menuju mobil. Tercium bagaimana hotel kelas melati ini benar-benar menjadi sasaran pecinta injury time ramadhan. Satu, dua, tiga hingga puluhan pasangan mesum dipergoki. Pasangan belia, setengah umur, tua dan bahkan yang mengaku sebagai wartawan, satu per satu dikeler setelah mereka merapikan baju yang sudah pada tanggal.
Di satu kamar yang terletak paling sudut itu tampak tenang meski derap kaki petugas kencang terdengar. Hanya sebuah motor matic yang tampak gagah parkir di ruang tamu berukuran sempit itu. Yakin, jika di kamar ini ada aktivitas ”ngos-ngosan”. Beberapa menit menunggu usai memanggil, petugas mulai tak sabar. Mulailah dengan gedoran pintu agak keras. ”He, keluar. Ada razia,” bentak salah satu petugas sembari terus mengetuk pintu setengah keras.
”Iya, pak. Sebentar,” suara setengah ketakutan itu keluar dari mulut seorang laki-laki. Beberapa detik kemudian, keluarlah pria belia dengan tergopoh-gopok merapikan celana yang baru saja ia lepas. Sambil melongok ke dalam kamar, pemuda ini meminta pasangannya untuk keluar bersamanya. Rambut yang acak-acakan dan mimic ketakutan terlihat dari wajah perempuan yang usianya masih kisaran 17 tahun itu.
Belum sempat digelandang, petugaspun usil masuk kamar dengan fasilitas spring bed itu. Kaget bukan kepalang. Di atas kasur dan lantai, tercecer dua benda yang semestinya terpasang di badan. Benda terbuat dari kain berbentuk segitiga, dan kain dengan dua ”mangkok” itu lupa dipakai pemiliknya. Buru-buru, petugaspun meminta perempuan ini untuk tak melupakan penutup aibnya. ”Hey, pakaian dalammu ketinggalan!!,” teriak petugas sambil malu-malu.
Malu-malu itupun dianut perempuan ini. Setangah takut, perempuan berambut panjang dan berkulit putih itu meminta izin petugas untuk kembali memasan ”peralatannya” di tempat sepantasnya. Tak sampai satu menit, dua benda pribadi itupun terpasang di tempatnya, meski agar bergeser dari tempat sepantasnya.
Kedua wajah muda-mudi itupun tertutup kedua tangannya. Sembari berbisik kepada sang pejantan, mulut gadis belia itu mulai menggerutu. Berpikir apa jadinya jika perbuatan mereka berdua itu sampai di telinga orang tua. Langkah seribu diambil agar cepat-cepat sampai di mobil penghakiman petugas.
Mobil truk yang bertengger di halaman hotel itupun seakan tak puas menampung para penikmat kenikmatan sesaat itu. Penuh juga, hingga akhirnya beberapa pasangan terpaksa diangkut mobil terbuka yang menyediakan layanan plus ”malu”. Dikeler, didata dan beberapa saat kemudian mereka dikembalikan ke hotel semula. Menuntaskan hasrat yang sempat tertunda oleh ulah petugas.
Jika tak ingin mengalami nasib yang sama, segera tinggalkan hotel pada saat seperti ini. Bila tak kuasa menahan hasrat dan ingin menikmati malam terakhir sebelum puasa, pilih saja tempat yang lebih aman. Minimal, di hotel kelas lumayan yang menyediakan servis informasi, bahwa akan ada petugas akan mengusik malam itu. (*)

0 komentar: