Sabtu, 09 April 2011

Kami Diberondong Cairan Mematikan


Seorang janda asal negeri Paman Sam, sebut saja namanya Nicole, mulai tak tenang dengan perilaku pasangan tak resminya, sebut saja namanya Paul. Si pria lajang yang sudah berumur itu mulai tak memberikan perhatian lebih kepadanya, sejak hubungannya menginjak usai 4,5 tahun.
Mulailah ia berprasangka buruk jika pasangan kumpul kebonya itu memiliki kupu simpanan selain dirinya. Akalnya pun ia mainkan. Deretan nomor telepon yang sering dihubungi Paul ia kumpulkan, termasuk pesan suara (voice mail) di nomor telepon rumah sang kekasih. Hasilnya cukup mengejutkan.
Setidaknya, ada 9 nomor telepon yang sering dihubungi-dan menghubungi Paul. Berlagak seperti intelejen, Nicole berhasil mendeteksi jika 9 nomor telepon itu, kesemuanya milik seorang perempuan. Nicole pun gundah dan ia mulai jatuh sakit lantaran memikirkan tabiat kekasihnya itu.
Pergilah ia ke seorang dokter. Dan si dokter memvonis Nicole dengan Penyakit Menular Seksual (PMS). Tentu saja Nicole terkejut. Selama menjanda, ia tak pernah bermain syahwat dengan pria selain Paul. Lebih kaget lagi, penyakit seksual itu berada di tingkat paling tinggi. Ya, Human Immunodeficiency Virus (HIV) Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Penyakit ngetren yang menggerogoti kekebalan tubuh.
Nicole pun menangis sejadi-jadinya. Ia berpikir, tamatlah masa depannya, karena sejauh ini, belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit mengerikan ini. Namun di balik hilangnya harapan hidupnya itu, Nicole masih menggunakan otak jernihnya. Ia ingin mengetahui tabir di balik virus mematikan yang hinggap di tubuhnya itu.
Mulai lagi ia berlagak seperti intelejen. Mulailah Nicole menghubungi satu per satu perempuan yang ia duga sebagai kekasih simpanan Paul. Berhasil juga Nicole menghubungi salah satu dari mereka, dan sebut saja namanya Chaterine. Dengan pendekatan, Nicole dan Chaterine bertemu dalam satu ruangan.
”Saya adalah kekasih Paul. Aku sedang mengkhawatirkan keadaanmu. Mari kita berbagi sebagai perempuan yang sama-sama menjadi ”tumpangan” Paul. Aku tertular penyakit mengerikan, HIV/AIDS. Dan kamu harus memeriksakan diri ke dokter,” kata Nicole kepada Chaterine setelah mendengar pengakuan Chaterine yang tak terhitung lagi ditiduri Paul.
Kedua selir ini lantas pergi ke dokter untuk memeriksakan kesehatan. Seperti dugaan Nichole, ternyata Chaterine bernasib sama dengan dirinya. Ya, Chaterine menjadi selir kedua Paul yang dinyatakan dokter terinfeksi HIV/AIDS. ”Anda mengidap penyakit herpes. Tapi itu bukan yang paling berbahaya. HIV/AIDS juga menyerang tubuh Anda,” ungkap si dokter kepada Chaterine.
Dalam kondisi sama-sama berpedikat sebagai ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), kedua selir ini tetap saja menggunakan pikiran jernih mereka. ”Kita harus selamatkan perempuan-perempuan lain yang menjadi selir Paul. Dan lebih penting lagi, jangan sampai ada perempuan lainnya yang jadi korban,” kata Nichole kepada Chaterine dengan nada mempengaruhi.
Keduanya pun bersepakat. Dicarilah 7 perempuan Paul lainnya. Dengan usaha keras, terkumpul tiga perempuan Paul lainnya yang bergabung dalam ”komunitas korban gagang Paul” itu. Lima perempuan sudah yang berstatus mengidap HIV/AIDS akibat ulah Paul yang membuang sperma sembarangan.
Lagi-lagi, para korban Paul ini masih menggunakan akal sehat mereka, meski dalam keseharian, mereka bergantung pada obat untuk menekan angka pertumbuhan virus mematikan itu. Satu suara : Tabiat buruk Paul harus dihentikan. Dan tak boleh lagi ada perempuan lainnya yang bernasib seperti mereka.
Langkah Paul dibatasi oleh para mantan bidadarinya itu. Ke lima janda berbagai nilai wajah dan body itupun melayangkan laporan ke polisi beneran (maaf, karena di Indonesia banyak polisi asal-asalan). Paul dituduh telah menyebarkan senjata mematikan berupa cairan tubuhnya. ”Kami diberondong cairan mematikan Paul,” begitu isi laporan ke lima perempuan yang sudah diujung maut itu.
Polisipun bergerak. Ditangkaplah Paul atas tuduhan yang dilayangkan para mantan mesin penikmatnya itu. Paul menghadapi mejau hijau beneran (maaf, di Indonesia banyak meja hijau yang hanya menyajikan menu vonis berupa angka rupiah). Para hakim harus menghadirkan ahli DNA untuk memastikan bahwa Paul-lah penyebar virus mematikan ini. Itu setelah Paul berbalik menyerang jika dirinyalah yang tertular dari salah satu diantara 9 pasangannya.
Hakim menghadiahi Paul dengan hukuman penjara. Dan sebelumnya, sehari setelah divonis, Paul sempat menebar teror ke Nichole. ”Kamu ada di balik semua ini. Dan kamu tak akan bisa menikmati hidup setelah ini,” ancam Paul melalui telepon yang disediakan pihak penjara. ”Aku justru tak bisa menikmati hidup jika tak berada di balik ini semua,” jawab Nichole dengan tegas.
Kisah lima perempuan tangguh ini akhirnya didengar juga oleh Oprah Gail Winfrey, pembawa acara bincang-bincang terpopuler. Ke limanya dihadirkan dalam sebuah bincang-bincang publik. Mereka mau saja, hanya dengan satu alasan : Agar tak ada perempuan lainnya yang menjadi korban seperti mereka.
Perbincangan itu hangat dan menggelitik. Apalagi saat melontarkan pertanyaan bagaimana bisa mereka tak tahu jika Paul adalah buaya darat yang haus mangsa. ”Yang saya tahu, hari Senin Paul di rumah saya, dan pada banyak waktu kami melakukan hubungan seks. Tak tahunya, hari Selasa Paul di rumah Nichole, Rabu di rumah Cindy hari-hari berikutnya di rumah perempuan lainnya. Dan mungkin, ada banyak perempuan yang tak kebagian hari,” celetuk Nichole.
Lebih mengagetkan lagi, ternyata petulangan Paul dimulai sejak tahun 1997 silam. Jika boleh dihitung tular-menular, mungkin ada ribuan perempuan dan laki-laki yang menjadi korban keganasan cairan tubuh Paul. Ke lima korban Paul ini tak bisa menghitung dan bahkan ngeri untuk menghitung.
Ada dugaan, Paul mengidap HIV/AIDS saat berada di dalam penjara dalam kasus perampokan sebelumnya. Paul sempat menikmati ruangan penjara selama 6 tahun atas kasus itu. Di akhir cerita, Ke sembilan korban Paul yang terdeteksi ini, harus menanggung banyak beban. Karir dan keluarga mereka terancam. Dan lebih parah lagi, mereka harus menghitung mundur umur dengan kegamangan.
Siapa yang ingin jadi Paul atau ke sembilan korban Paul ini? Jika tidak, Anda pasti tahu apa yang harus dilakukan. Dan di Indonesia, ada banyak Paul dan korban Paul lainnya yang tak terdeteksi. Mereka sehat dan tak menampakkan diri jika mengindap penyakit mematikan dan dianggap sebagai hukuman bagi kelompok free sex dan pengguna narkoba jenis suntikan itu. (*)

0 komentar: